PENGERTIAN
MAKNA
Menurut pandangan Ferdinand de Sausure, makna adalah
“pengertian” atau “konsep” yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda
linguistik. Menurut de Sausure, setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur
yaitu (1) yang diartikan (Perancis: signifie, Inggris: signified)
dan (2) yang mengartikan (Perancis: signifiant, Inggris: Signifier).
Yang diartikan (signifie, signified) sebenarnya tidak lain pada
konsep atau makna dari suatu tanda bunyi. Sedangkan yang mengartikan (signifiant,
signifier) adalah bunyi-bunyi yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang
bersangkutan. Dengan kata lain, setiap tanda linguistik terdiri dari unsur
bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah unsur dalam bahasa (intralingual)
yang biasanya merujuk atau mengacu kepada suatu referen yang merupakan unsur
luar bahasa (ekstralingual).
Dalam bidang semantik
istilah yang biasa digunakan untuk tanda linguistik itu adalah leksem, yang
lazim didefinisikan sebagai kata atau frase yang merupakan satuan bermakna (Hari Murti , 1982 : 98 dalam
Chaer 2007).Istilah lain yang lazim sebagai satuan bahasa yang dapat berdiri
sendiri dapat terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem (Hari Murti , 1982 : 76 dalam Chaer
2007) adalah istilah dalam bidang gramatikal. Perlu dipahami bahwa tidak semua
kata atau leksem itu mempunyai acuan konkret di dunia nyata. Misalnya leksem
seperti agama, cinta, kebudayaan, dan keadilan tidak dapat ditampilkan
referensinya secara konkret.
Para filsuf dan linguis
mempersoalkan makna dalam bentuk hubungan antara bahasa (ujaran), pikiran, dan
realitas di alam. Lahirnya teori tentang makna yang berkisar pada hubungan
antara ujaran, pikiran, dan realitas di dunia nyata dimaksudkan untuk
memberikan penyelesaian mengenai persoalan makna dalam bentuk hubungan antara
bahasa, pikiran, dan realitas di alam.
Dalam hal semantik bahasa tidak mempengaruhi tentang makna kata, karena semua
bahasa berisi hanya satu set kata yang terbatas. Jadi makna kata dapat
diberikan dalam suatu daftar yang terbatas.
Ullman (1972)
berpendapat,´Apabila seseorang memikirkan maksud suatu perkataan,
sekaligus memikirkan rujukannya atau sebaliknya. Hubungan antara dua hal antara
maksud dengan perkataan itulah lahir makna, oleh karena itu walaupun rujukan
tetap, akan tetapi makna dan perkataan dapat berbeda.
JENIS MAKNA
Terdapat
beberapa pendapat mengenai jenis makna. Jenis
makna menurut para ahli :
Abdul
Chaer
|
Geoffrey
Leech
|
Muhammad Mukhtar Umar
|
Makna Leksikal
|
Makna
Tematik
|
Makna
Dasar/Asasi
|
Makna Gramatikal
|
Makna
Stilistik
|
Makna
Tambahan
|
Makna Kontekstual
|
Makna
Afektif
|
Makna Gaya Bahasa/Style
|
Makna Referensial
|
Makna
Refleksi
|
Makna
Nafsi
|
Makna Non-referensial
|
Makna
Kolokatif
|
Makna
Ihaa’i
|
Makna Denotatif
|
Makna Konseptual
|
|
Makna Konotatif
|
Makna Konotatif
|
|
Makna Konseptual
|
||
Makna Asosiatif
|
||
Makna Kata
|
||
Makna Istilah
|
||
Makna Idiom
|
||
Makna Pribahasa
|
Berikut ini
akan dipaparkan jenis-jenis makna tersebut, khususnya Makna Lesikal,
Gramatikal, dan Kontekstual.
1.
Makna Leksikal, Grammatikal, dan Kontekstual
a. Makna
leksikal
makna lesikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun.
Misalnya, leksem kuda memiliki makna leksikal ‘ sejenis binatang berkaki
empat yang biasa dikendarai’; pinsil bermakna leksikal ‘ sejenis alat
tulis yang terbuat dari kayu dan arang’; dan air bermakna leksikal ‘
sejenis barang cair yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari’. Jadi,
dengan adanya contoh di atas dapat dikatakan juga bahwa makna leksikal adalah
makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indera
kita, atau makna apa adanya. Makna leksikal juga merupakan makna
yang ada dalam kamus karena kamus-kamus dasar biasanya hanya
memuat makna leksikal yang dimiliki oleh kata yang dijelaskannya.
Makna
leksikal atau makna semantik, atau makna eksternal juga merupakan makna kata
ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau berimbuhan yang
maknanya kurang lebih tetap seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa
tertentu. “Makna leksikal ini dipunyai unsur bahasa-bahasa lepas dari
penggunaannya atau konteksnya (Harimurti, 1982: 103). Veerhar (1983; 9)
berkata, “………sebuah kamus merupakan contoh yang tepat dari semantik leksikal:
makna tiap-tiap kata diuraikan di situ” (Mansoer Pateda, R, 2002: 119).
b. Makna Gramatikal
Berbeda
dengan makna leksikal, makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses
gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi.
Misalnya, dalam proses afiksasi prefiks ber-dengan dasar baju
melahirkan makna gramatikal ‘ mengenakan atau memakai baju’; dengan dasar
kuda melahirkan makna gramatikal ‘ mengendarai kuda’; dengan dasar rekreasi
melahirkan makna gramatikal ‘ melakukan rekreasi’. Contoh lain, proses
komposisi dasar sate dengan dasar ayam melahirkan
makna gramatikal ‘bahan’; dengan dasar madura
melahirkan makna gramatikal ‘ asal’; dengan dasar lontong melahirkan
makna gramatikal ‘ bercampur’; dan dengan kata Pak Kumis
melahirkan makna gramatikal ‘buatan’. Sintaksisasi kata-kata adik,
menendang, dan bola menjadi kalimat adik menendang bola
melahirkan makna gramatikal; adik bermakna ‘pelaku’, menendang bermakna
‘aktif’, dan bola bermakna ‘sasaran’.
c. Makna Kontekstual
Makna
kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam
satu konteks. Contoh makna konteks kata kepala pada kalimat-kalimat
berikut:
1.
Rambut di kepala nenek belum ada yang putih.
2.
Sebagai kepala sekolah dia harus menegur murid itu.
3.
Nomor teleponnya ada pada kepala surat itu.
4.
Kepala paku dan kepala jarum tidak sama bentuknya.
Makna
konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu, dan
lingkungan penggunaan bahasa itu. Contoh:
Tiga kali empat berapa?
Jika
dilontarkan di kelas tiga SD sewaktu mata pelajaran matematika berlangsung,
tentu akan dijawab “dua belas”. Kalau dijawab lain, maka jawaban itu pasti
salah. Namun, kalau pertanyaan itu dilontarkan pada tukang foto di tokonya atau
di tempat kerjanya, maka pertanyaan itu mungkin akan dijawab “dua ratus”, atau
mungkin juga “tiga ratus”, atau mungkin juga jawaban lain. Mengapa bisa begitu,
sebab pertanyaan itu mengacu pada biaya pembuatan pasfoto yang berukuran tiga
kali empat centimeter.
KESIMPULAN
Makna bahasa itu bermacam-macam dilihat
dari segi atau pandangan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena bahasa
digunakan dalam berbagai kegiatan dan keperluan manusia dalam melakukan
interaksi sosial. Sehingga melahirkan berbagai konsep tentang jenis-jenis makna
yang mencakup makna dasar, tambahan, gaya bahasa, nafsi, ihaa’i, konotatif,
stilistika, afektif, refleksi, koloaktif, konseptual, tematik, leksikal,
gramatikal, kontekstual, referensial, non-referensial, denotatif, konotatif,
asosiatif, makana kata, makna istilah, idiom, dan peribahasa.
Referensi
Chaer, Abdul. 2007. Lingustik
Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009.Pengantar Semantik Bahasa
Imdonesia. Jakarta; Rineka Cipta
Abdul Chaer,
Linguistik Umum, 1994, (Jakarta: Rineka Cipta), hal. 289-297.
R, Mansoer Pateda. 2010. Semantik leksikal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Cahyono,
Bambang Yudi. 1994. Kristal-Kristal Ilmu
Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.
Muhammad
Mukhtar Umar, Ilmu Al-Dilalah, hal. 36-41
Wahab, Abdul.1995.Teori Semantik. Surabaya;
Airlangga
Leech,Geoffrey.2003.Semantik.Yogyakarta;
Pustaka Pelajar
Parera, J.D.2004.Teori Semantik. Jakarta;
Erlangga
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
0 komentar:
Posting Komentar