JENIS-JENIS GAYA BAHASA.
Dilihat dari pengertiannya Gaya bahasa dapat ditinjau dari dari bermacam-macam sudut pandang. Oleh sebab itu, diperlukan kata sepakat mengenai suatu pembagian yang bersifat menyeluruh dan dapat diterima oleh semua pihak sehingga pandangan atau pendapat mengenai Gaya Bahasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dari segi Non bahasa dan Segi Bahasa.
A . Segi Non Bahasa
Dilihat dari segi non bahasa Gaya Bahasa sebagai hasil dari bermacam-macam unsur sebagai berikut :
A.1 . Berdasarkan Pengarang
Gaya yang
disebut sesuai dengan nama pengarang dkenal berdasarkan ciri pengenal yang
digunakan pengarang atau penulis dalam karangannya. Pengarang yang kuat dapat
mempengaruhi orang-orang sejamannya, atau pengikutnya, sehingga dapat membentuk
sebuah aliran. Kita mengenal gaya khairil, gaya takdir, dan sebagainya.
A.2 . Berdasarkan Massa
Gaya bahasa
yang didasarkan pada massa dikenal karena ciri-ciri tertentu yang berlangsung
dalam suatu kurun waktu tertentu. Misalnya : ada gaya lama, klasik, gaya sastra
moderen, dan sebagainya.
A.3 . Berdasarkan Medium
Yang
dimaksud dengan medium adalah bahasa dalam arti alat komunikasi. Tiap bahasa,
karena struktur dan situasi sosial pemakaiannya, dapat memiliki corak
tersendiri. Sebuah karya yang ditulis dalam bahasa jerman akan memiliki gaya
yang berlainan, bla ditulis dalam bahasa indonesia, prancis, atau jepang.
Dengan demikian kita mengenal gaya jerman, inggris, prancis, indonesia, dan
sebagainya.
A.4 . Berdasarkan Subjek
Subjek yang
memiliki pokok pembicaraan dalam sebuah karangan dapat mempengaruhi pula gaya
bahasa sebuah karangan. Berdasarkan hal ini kita dapat mengenal gaya :
filsafat, ilmiah (hukum, teknik, sastra,dan sebagainya), populer, ditaktik, dan
sebagainya.
A.5 . Berdasarkan Tempat
Gaya ini mendapat
namanya dari lokasi geografis karena ciri-ciri kedaerahannya mempengaruhi
ungkapan atau ekspresi bahasanya. Ada gaya jakarta, gaya jogja, gaya medan,
ujung pandang, dan sebagainya.
A.6 . Berdasarkan Hadirin
Seperti
halnya dengan subyek, maka hadirin atau jenis pembaca juga mempengaruhi gaya
yang dipergunakan seorang pengarang. Ada gaya populer atau gaya demagog yang
cocok untuk rakyat banyak. Ada gaya sopan yang cocok untuk lingkungan istana
atau lingkungan yang terhormat. Ada pula gaya intim (familiar) yang cocok untuk
lingkungan keluarga atau untuk orang yang akrab.
A.7 . Berdasarkan Tujuan
gaya berdasarkan tujuan memperoleh namanya dari maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang, dimana pengarang ngin mencurahkan gejolah imotifnya. Ada gaya sentimental, ada gaya sarkastik, gaya diplomatis, gaya agung atau luhur, gaya teknis, dan gaya humor.
B . Segi Bahasa
Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur Bahasa ddapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan dengan jenis-jenis bahasa sebagai berikut :
B.1 . Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata.
Berdasarkan pilihan kata, Gaya bahasa mempersoalkan kata manan yang paling tepat dan sesuai untuk proposisi-proposisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakain bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, Gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.
Dalam bahasa standar (bahasas baku) dapatlah dibedakan :
B.1.a . Gaya Bahasa Resmi
Gaya bahasa
resmi adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalam
kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan
yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Contohnya bahsa
dalam pidato kepresidenan.
B.1.b . Gaya Bahasa Tak Resmi
Gaya bahasa
tak resmi merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar,
khususnya dalam kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Gaya ini
biasanya digunakan dalam karya tulis, buku pegangan, artike;, dan sebagainya.
B.1.c . Gaya Bahasa Percakapan.
Dalam gaya
bahasa ini, pilihan katanya adalah kata-kata yang populer dan kata-kata
percakapan. Namun disini harus ditambahkan segi-segi morfologis dan sintaksis,
yang bersama-sama membentuk gaya bahasa percakapan ini.
B.2 . Gaya Bahasa Berdasarkan Nada
Gaya Bahasa berdasarkan Nada didasarkan pada sugesti-sugesti yang dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Sugerti ini akan lebih nyata kalau diikuti dengan sugesti suara dari pembicara, apabila sajian yang dihadapi adalah bahasa lisan.
Karena nda itu lahir dari rangkaian kata-kata, sedangkan rangkaian kata-kata itu tunduk pada kaida-kaidah sintaksis yang berlaku. Degan demikian Gaya bahasa dapat dilihat dari sudut nada yang terkandung dalam sebuah wacana yaitu sebagai berikut :
B.2.a . Gaya Sederhana
B.2 . Gaya Bahasa Berdasarkan Nada
Gaya Bahasa berdasarkan Nada didasarkan pada sugesti-sugesti yang dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Sugerti ini akan lebih nyata kalau diikuti dengan sugesti suara dari pembicara, apabila sajian yang dihadapi adalah bahasa lisan.
Karena nda itu lahir dari rangkaian kata-kata, sedangkan rangkaian kata-kata itu tunduk pada kaida-kaidah sintaksis yang berlaku. Degan demikian Gaya bahasa dapat dilihat dari sudut nada yang terkandung dalam sebuah wacana yaitu sebagai berikut :
B.2.a . Gaya Sederhana
Gaya ini
sangat cocok untuk memberi instruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan, dan
sejenisnya. Sebab itu untuk memp[ergunakan gaya ini secara efektif, penulis
harus memiliki kepandaian dan pengetahuan yang cukup.
B.2.b . Gaya Mulia Dan Bertenaga
Sesuai
dengan namanya, gaya ini penuh dengan vitalitas dan energi, dan biasanya
dipergunakan untuk menggerakkan sesuatu. Tidak hanya menggunakan tenaga tetapi
dapat juga menggunakan nada keanggunan dan kemuliaan.
B.2.c . Gaya Menengah.
Gaya
menengah adalah gaya yang diarahkan kepada usaha untuk menimbulkan suasana
tenang dan damai, karena tujuannya adalah menciptakan suasana senang dan damai,
maka nadanya pun juga bersifat lemah-lembut, penuh kasih sayang, dan mengandung
humor yang sehat.
B.3 . Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa, yang dimaksud dengan struktur kalimat disini adalah kalimat bagaimana sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut.
Berdasarkan dengan sifatnya periodik, kalimat yang bersifat kendur, dan kalimat yang bersifat berimbang.
Dari ketiga macam struktur kalimat diatas maka dapat di peroleh gaya bahasa sebagai berikut :
B.3.a . Klimaks
B.3 . Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa, yang dimaksud dengan struktur kalimat disini adalah kalimat bagaimana sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut.
Berdasarkan dengan sifatnya periodik, kalimat yang bersifat kendur, dan kalimat yang bersifat berimbang.
Dari ketiga macam struktur kalimat diatas maka dapat di peroleh gaya bahasa sebagai berikut :
B.3.a . Klimaks
Gaya bahasa
klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam
gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan fikiran yang setiap kali semakin
meningkat kepentingannya dari gagasan sebelumnya.
Contoh :
kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman harapan
B.3.b . Antiklimaks
Antiklimaks
dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur. Antiklimaks sebagai gaya
bahasa merupakan suatu acuan yang gagasannya diurutkan dari yang terpenting ke
gagasan yang kurang penting.
Contoh :
pembangunan lima tahun telah dilancarkan serentak di Ibu kota negara, ibu
kota-ibu kota provinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa diseluruh
Indonesia.
B.3.c . Paralelisme
Paralelisme
adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian
kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk
gramatikal yang sama. Kesejajaran itu juga dapat berbentuk anak kalimat yang
bergantung pada sebuah induk kalimat yang sama.
Contoh :
baik golongan yang tinggi maupun yang rendah, harus diadili kalau bersalah.
B.3.d . Antitesis
Anitesis
adalah sebuah gaya bahasa yang menandung gagasan-gagasan yang bertentangan,
dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. Contoh :
mereka sudah kehilangan banyak dari harta bendanya, tetapi mereka juga telah
banyak memperoleh keuntungan daripadanya.
B.3.e . Repetesi
Repetisi
adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap
penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Contoh : atau
maukah kau pergi bersama
serangga-serangga tanah, pergi bersama
kecoak-kecoak, pergi bersama mereka menyusupi tanah, menyusupi alam?
B.4 . Gaya Bahasa berdasarkan Langsung Tidaknya Makna.
Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya makna, yaitu apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan.
Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini biasanya disebut sebagai trope atau figure of speech..
Gaya bahasa yang disebut trope atau figure of speech dalam uraian ini dibagi atas dua kelompok yaitu :
B.4.a . Gaya Bahasa Retoris.
Macam-macam Gaya bahasa retoris yaitu sebagai berikut :
B.4 . Gaya Bahasa berdasarkan Langsung Tidaknya Makna.
Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya makna, yaitu apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan.
Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini biasanya disebut sebagai trope atau figure of speech..
Gaya bahasa yang disebut trope atau figure of speech dalam uraian ini dibagi atas dua kelompok yaitu :
B.4.a . Gaya Bahasa Retoris.
Macam-macam Gaya bahasa retoris yaitu sebagai berikut :
a. Aliterasi
Aliterasi
adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama.
Biasanya dipergunakan dalam puisi, prosa, untuk perhiasan atau untuk penekanan,
contoh : keras-keras kerak kena air lembut juga.
b. Asonansi
asonansi
adalah semacam gaya bahasa yang berwujud pengulangan bunyi vokal yang sama
untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan. Contoh : kura-kura dalam
perahu, pura-pura tidak tahu.
c. Anastrof
anostrof
atau inversi adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan
susunan kata yang biasa dalam kalimat. Contoh : pergilah ia meninggalkan kami
meliaht perangainya. Bersorak-sorak orang ditepi jalan memukul bermacam-macam
bunyi-bunyian melalui gerbang dihiasi bunga dan panji berkibar.
d. Apofasis atau Preterisio
Apofasis
atau Preterisio merupakan sebuah gaya dimana penulis atau pengarang menegaskan
sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal. Contoh : saya tidak mau mengungkapkan
dalam forum ini bahwa saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang
negara.
e. Apostrof
apostrof
adalah semacam gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada
sesuatu yang tidak hadir seperti orang-orang yang telah meninggal, atau kepada
sesuatu objek yang abstrak. Contoh : hai kamu dewa-dewa yang berada di surga,
datanglah dan bebaskanlah kami dari belenggu pembebasan.
f. Asindeton
asindeton
adalah gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dan mampat dimana beberapa
kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung.
Contoh : dan kesesakan, kepedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik
penghabisan orang melepaskan nyawa.
g. Polisindeton
polisindeton
adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asideton. Beberapa kata, frasa
atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata sambung.
Contoh : dan ke manakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak
menyerah pada gelap dan dingin yang bakal merontokkan bulu-bulunya?
h. Kiasmus
kiasmus
adalah semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frasa
atau klausa yang sifatnya berimbang dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi
susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau
klausa yang ada. Contoh : semua sebaran kami sudah hilang, lenyap sudah
ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu.
i. Elipsis
elipsis
adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan
mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar,
sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku. Contoh
: masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa, badanmu
sehat; tetapi psikis...
j. Eufe mismus
euremismus
artinya mempergunakan kata-kata dengan arti yang baik atau dengan tujuan yang
baik yang berarti tidak menyinggung perasaan orang lain. Contoh : ayahnya sudah
tak ada di tengah-tengah mereka (=mati)
k. Litotes
litotes
adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan
merendahkan diri.contoh : kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali
l. Histeron Proteron
Histeron
Proteron adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis
atau ebalikan dari sesuatu yang wajar. Contoh : jendela ini telah memberi
sebuah kamar padamu untuk dapat berteduh dengan tenang.
m. Plenasma dan Tautologi
Plenasma dan
Tautologi adalah acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang
diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan. Contoh :
Saya telah
mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri
saya telah
melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri.
Darah yang
merah itu melimuri seluruh tubuhnya.
Ungkapan
diatas adalah pleonasme, karena semua acuan itu tetap utuh dengan makna yang
sama, walaupun dihilangkan kata-kata : dengan telinga saya, dengan mata kepala
saya, dan yang merah itu.
n. Perifrasis
perifrasis
adalah gaya yang mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan kata lebih banyak
dari yang diperlukan. Contoh : ia telah beristirahat dengan damai (=meninggal)
o. Prolepsisi atau Antisipasi
Prolepsisi
atau Antisipasi adalah semacam gaya bahasa dimana orang mempergunakan lebih
dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang
sebenarnya terjadi. Contoh: almarhum Pardi pada waktu itu menyatakan bahwa ia
tida mengenal orang itu.
p. Erotesis atau Pertanyaan retoris
Erotesis
atau Pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam
pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan
penekanan yang wajar,dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu
jawaban.contoh : terlalu banyak komisi dan oerantara yang masing-masing
menghendaki pula imbalan jasa. Herankah saudara kalau harga-harga sudah terlalu
tinggi?
q. Silepsis dan Zeugmen
Silepsis dan
Zeugmen adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan
menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah
satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama. contoh : ia sudah kehilangan
topi dan semangatnya.
r. Koreksio atau Epanortosis
Koreksio
atau Epanortosis adalah suatu gaya bahasa yang berwujud, mula-mula menegaskan
sesuatu, tetapi kemudia memperbaikinya. Contoh :sudah empat kali saya
mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali.
s. Hiperbol
hiperbol
adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan,
dengan membesar-besarkan suatu hal. Contoh : kemarahanku sudah menjadi-jadi
hingga hampir-hampir meledak aku.
t. Paradoks
paradoks
adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan
fakta-fakta yang ada. Contoh : musuh sering merupakan kawan yang akrab
u. Oksimoron
oksimoron
adalah suatu acuan yang berusaha untuk
menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan. Contoh :
keramah-tamahan yang bengis.
B.4.b . Gaya Bahasa Kiasan
Macam-macam gaya bahasa kiasan yaitu sebagai berikut :
a. Persamaan atau Smile
Persamaan
atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Maksudnya ia langsung
menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Contoh : kikirnya sama kepiting
batu
b. Metafora
metafora
adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam
bentuk yang singkat. Contoh : pemuda adalah seperti bunga bangsa---- pemuda
adalah bunga bangsa, pemuda----bunga bangsa
c. Alegori, Parabel,dan Fabel
Alegori
adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan.
Parabel
adalah suatu singkat dengan tokoh-tokoh biasanya manusia, yang selalu
mengandung tema moral
Fabel adalah
suatu metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang, dimana
binatang-binatang bahkan makhluk-makhluk yang tidak bernyawa bertindak
seolah-seolah manusia.
d. Personifikasi atau Prosopopoeia
Personifikasi
atau Prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan
benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat
kemanuasiaan. Contoh : angin yang meraung ditengah malam yang gelap itu
menambah lagi ketakutan kami.
e. Alusi
alusi adalah
semacam acuan yang berusaha mensugestijan kesamaan antara orang, tempat, atau
peristiwa. Biasanya, alusi ini adalah suatu referensi yang eksplisit atau
implisit kepada peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh, atau tempat dalam kehidupan
nyata, mitologi, atau dalam karya-karya sastra terkenal. Contoh : kartini kecil
itu turut memperjuangkan persamaan haknya
f. Eponim
Eponim
adalah suatu gaya dimana seseorang yang namanya begitu sering dihubungkan
dengan sifat-sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat
itu. Contoh : hercules dipakai untuk menyatakan kekuatan ; Hellen dari Troya
untuk menyatakan kecantikan.
g. Epitet
Epitet
adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus ciri
yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal. Keterangan itu adalah suatu frasa
deskriptif yang menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau suatu barang.
Contoh : lonceng pagi untuk ayam jantan
h. Sinekdoke
Sinekdoke
adalah suatu istilah yang diturunkan dari kata yunani yang berarti menerima
bersama-sama. Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan
sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan atau mempergunakan
keseluruhan untuk menyatakan sebagian. Contoh : setiap kepala dikenakan
sumbangan sebesar Rp 1.000,-
i. Metonimia
metonimia
adalah suatu gaya bahsa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu
hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Contoh : saya minum
satu gelas, ia dua gelas.
j. Antonomasia
Antonomasia
adalah merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan
sebuah epitela untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi. Contoh : yang
mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.
k. Hipalase
Hipalase
adalah semacam gaya bahasa dimana sebuah kata tertentu dipergunakan untuk
menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain.
Contoh : iaberbaring di atas sebuah bantal yang gelisah (yang gelisah adalah
manusianya, bukan bantalnya)
l. Ironi, Sinisme, Dan Sarkosme
ironi atau
sindiran suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud
yang berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Contoh :
tidak diragukan lagi bahwa andalah orangnya, sehingga semua kebijaksanaan
terdahulu harus dibatalkan seluruhnya!
sinisme
adalah suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap
keikhlasan dan ketulusan hati. Contoh : tidak diragukan lagi bahwa andalah
orangnya, sehingga semua kebijaksanaan akan lenyap bersamamu!
Sarkasme
adalah suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Ia adalah acuan
yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Contoh : mulut kau harimau kau
m. Sutire
satire
adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Sutire mangandung
kritik tentang kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah agardiadakan perbaikan
secara etis maupun estetis.
n. Inuendo
inuendo
adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Contoh :
setiap kali ada pesta, pati ia akan sedikit mabuk karena terlalu kebanyakan
minum.
o. Antifrasis
antifrasis
adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna
kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-kata
yang dipakai untuk menangkal kejahatan dan sebagainya. Contoh : lihatlah sang
raksasa telah tiba (maksudnya si cebol)
p. Pun atau Paranomasia
Pun atau
Paranomasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi. Ia merupakan
permainan kata yang didasarkan pada kemiripan bunyi, tetapi terdapat perbedaan
besar dalam maknanya. Contoh : engkau
orang kaya! Ya, kaya monyet!.
Referensi
Referensi
Keraf, Gorys.2006. Diksi dan Gaya Bahasa.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna. 2009. Stilistika :
Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Keraf, Gorys.2007. Diksi dan Gaya Bahasa.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Keraf, Gorys. Tatabahasa Indonesia. Ende : Nusa Indah,
1980
Muljana, Slamet. Kaidah
Bahasa Indonesia. Ende: Nusa Indah, 1969
Badrun, Drs.
Ahmad, Pengantar Ilmu Sastra (Teori
Sastra), Usaha Nasional-Surabaya, Tahun Akademik 2009 / 2010.
Ali,
Lukman,ed. Bahasa dan Kesusastraan
Indonesia sebagai Tjermin Manusia Indonesia Baru. Jakarta : Gunung Agung,
1967
Chaer,
Abdul. 1988. Tata Bahasa Praktis Bahasa
Indonesia. Jakarta : Bhratara Karya Aksara
Ramlan, M.
1985. Penggolongan Kata. Yogyakarta :
Andi offset
Muljana,
Slamet. 1964. Semantik. Djakarta.
Djambatan
0 komentar:
Posting Komentar